Sobari adalah orang yang sangat penting. Penting bagi dirinya sendiri. Selain dirinya sendiri, dia mengaku penting bagi keluarga dan masyarakat umum dan khusus.
Sobari mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Dia tidak mau mengerjakan apa yang tidak harus dikerjakan. Begitulah kira-kira yang bisa membuat orang menjadi bingung.
Sobari mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Dia tidak mau mengerjakan apa yang tidak harus dikerjakan. Begitulah kira-kira yang bisa membuat orang menjadi bingung.
Dia suka berdiam, semacam meditasi. Tapi bukan meditasi seperti yang dilakukan Prabu Yudhistira. Namun lebih kepada meditasi sehari-hari yang dilakukan manusia malam hari, bedanya dia selalu melakukan meditasi macam itu pada pagi dan siang hari. Pada saat malam hari ketika kebanyakan manusia bermeditasi, dia lebih menyukai aktivitas luar ruangan, seperti memburu babi. Tidak banyak manfaat dari kegiatannya, namun juga tidak terlalu banyak mudharatnya juga.
Kegiatannya dilakukan berulang-ulang sampai bosan. Dan diulang lagi sampai bosan dengan bosannya kegiatan itu.
******
Suatu saat ketika sedang meditasi,
"Ada kalanya usia muda sudah digerogoti oleh penyakit, ada pula yang sudah lama sekali hidup namun tetap segar bugar seperti bunga anggrek di Botanic Garden."
Suara apa itu? Berkata Sobari di dalam hati dan jiwa.
"Suara saya."
Oh oke, kata Sobari.
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Allah.
Sobari terkena sima. Dia tiada menyangka bahwa dia bisa melihat dirinya sendiri.
"Sobari, keluarlah sejenak, dan rasakan keajaibannya ketika melayang bebas tanpa terikat oleh aturan-aturan hakikat kemanusiaan."
Siap bos.
"Bagaimana?"
Ini seperti mimpi. Namun seperti bukan mimpi. Apakah sebenarnya ini?
"Ini adalah mimpi namun bukan mimpi."
Allah.
"Baiklah Sobari, kembalilah ke hakikat manusia, sudah cukup melayang bebasnya, sebab saya harus pergi ke lain tempat."
Baiklah.
Setelah kejadian pada meditasi itu, Sobari mencoba menceritakan kepada orang-orang terdekat, namun mereka memilih untuk tidak mempercayainya.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak diberi kepercayaan untuk percaya.
Kegiatannya dilakukan berulang-ulang sampai bosan. Dan diulang lagi sampai bosan dengan bosannya kegiatan itu.
******
Suatu saat ketika sedang meditasi,
"Ada kalanya usia muda sudah digerogoti oleh penyakit, ada pula yang sudah lama sekali hidup namun tetap segar bugar seperti bunga anggrek di Botanic Garden."
Suara apa itu? Berkata Sobari di dalam hati dan jiwa.
"Suara saya."
Oh oke, kata Sobari.
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Allah.
Sobari terkena sima. Dia tiada menyangka bahwa dia bisa melihat dirinya sendiri.
"Sobari, keluarlah sejenak, dan rasakan keajaibannya ketika melayang bebas tanpa terikat oleh aturan-aturan hakikat kemanusiaan."
Siap bos.
"Bagaimana?"
Ini seperti mimpi. Namun seperti bukan mimpi. Apakah sebenarnya ini?
"Ini adalah mimpi namun bukan mimpi."
Allah.
"Baiklah Sobari, kembalilah ke hakikat manusia, sudah cukup melayang bebasnya, sebab saya harus pergi ke lain tempat."
Baiklah.
Setelah kejadian pada meditasi itu, Sobari mencoba menceritakan kepada orang-orang terdekat, namun mereka memilih untuk tidak mempercayainya.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak diberi kepercayaan untuk percaya.