Hidupku kok gini-gini aja ya?
"Kamu mengulang apa yang belum kamu pahami."
Tolong jelaskan.
"Selama kita kecil, sudah mencakup semua tahapan dalam hidup. Apabila semua tahapan itu dilalui dengan baik, maka sudah cukup bekal dan pondasi untuk menghadapi kehidupan."
Maksudnya?
"Supaya jelas, aku ambil contoh ya.."
Baik.
"Jadi, saat kita kecil itu, ada banyak tahapan."
Contohnyaaa?
"Cakeep.. Salah satunya, tahap dimana seorang anak maunya mandiri. Mandi maunya sendiri, keluar rumah sendiri, makan dilakukan sendiri."
Iya saya juga begitu dulu.
"Naah.. Ini adalah munculnya hasrat untuk mandiri. Tahapan ini akan terbunuh bila orangtua tidak memberikan kepercayaan. Atau terlalu melarang, jangan gini, jangan gitu."
Kamu harus menurut semua apa kata mama-papa !! Gitu ya?
"Betul. Pada saat beranjak usia, entah itu usia belasan tahun, entah itu puluhan tahun, seseorang itu akan mengalami ketidakpercayaan diri, takut mengambil keputusan dan sangat takut berbuat salah."
Kenapa gitu?
"Karena sejak dulu biasa dilarang-larang dan biasa apa-apa diputuskan oleh orangtuanya. Jika orangtua masih hidup, maka seseorang ini akan merepotkan keluarganya. Dan seolah, tahapan pendidikan kembali diulangi dari awal, dimana seharusnya itu dilakukan dahulu, pada saat dia masih kecil."
Waaah
"Kalau kita mengacu pada konsep inner child, di dalam diri setiap orang selalu ada sosok anak kecil. Nah dalam konteks ini, seolah sosok anak-anak itu kembali muncul, menuntut pendidikan yang seharusnya dulu dia dapatkan. Sosok anak kecil di dalam diri seolah mengatakan, dirinya belum lulus pelajaran zaman dulu."
So?
"So, aslinya tahapan diri kita, hanya itu-itu aja. Semua seharusnya sudah diajarkan dan dikuasai sejak kecil. Sisanya hanya semacam pengulangan-pengulangan yang berbeda wujud, beda kasus, beda ruang, dan beda waktu."
Jadi gimana ini persoalan hidupku yang gini-gini aja?
"Apapun persoalan hidup seseorang, hanyalah penanda bahwa ada pelajaran masa lalu yang belom tuntas. Sosok anak kecil di dalam diri hanya sedang menjalani kurikulum yang dulu belum tersempurnakan."
Masih belum ngerti.
"Eh ada tamu... Dari tadi?"
"Kamu mengulang apa yang belum kamu pahami."
Tolong jelaskan.
"Selama kita kecil, sudah mencakup semua tahapan dalam hidup. Apabila semua tahapan itu dilalui dengan baik, maka sudah cukup bekal dan pondasi untuk menghadapi kehidupan."
Maksudnya?
"Supaya jelas, aku ambil contoh ya.."
Baik.
"Jadi, saat kita kecil itu, ada banyak tahapan."
Contohnyaaa?
"Cakeep.. Salah satunya, tahap dimana seorang anak maunya mandiri. Mandi maunya sendiri, keluar rumah sendiri, makan dilakukan sendiri."
Iya saya juga begitu dulu.
"Naah.. Ini adalah munculnya hasrat untuk mandiri. Tahapan ini akan terbunuh bila orangtua tidak memberikan kepercayaan. Atau terlalu melarang, jangan gini, jangan gitu."
Kamu harus menurut semua apa kata mama-papa !! Gitu ya?
"Betul. Pada saat beranjak usia, entah itu usia belasan tahun, entah itu puluhan tahun, seseorang itu akan mengalami ketidakpercayaan diri, takut mengambil keputusan dan sangat takut berbuat salah."
Kenapa gitu?
"Karena sejak dulu biasa dilarang-larang dan biasa apa-apa diputuskan oleh orangtuanya. Jika orangtua masih hidup, maka seseorang ini akan merepotkan keluarganya. Dan seolah, tahapan pendidikan kembali diulangi dari awal, dimana seharusnya itu dilakukan dahulu, pada saat dia masih kecil."
Waaah
"Kalau kita mengacu pada konsep inner child, di dalam diri setiap orang selalu ada sosok anak kecil. Nah dalam konteks ini, seolah sosok anak-anak itu kembali muncul, menuntut pendidikan yang seharusnya dulu dia dapatkan. Sosok anak kecil di dalam diri seolah mengatakan, dirinya belum lulus pelajaran zaman dulu."
So?
"So, aslinya tahapan diri kita, hanya itu-itu aja. Semua seharusnya sudah diajarkan dan dikuasai sejak kecil. Sisanya hanya semacam pengulangan-pengulangan yang berbeda wujud, beda kasus, beda ruang, dan beda waktu."
Jadi gimana ini persoalan hidupku yang gini-gini aja?
"Apapun persoalan hidup seseorang, hanyalah penanda bahwa ada pelajaran masa lalu yang belom tuntas. Sosok anak kecil di dalam diri hanya sedang menjalani kurikulum yang dulu belum tersempurnakan."
Masih belum ngerti.
"Eh ada tamu... Dari tadi?"